FREE TO JOIN AND SEND EMAIL

Subscribe to free-for-everybody

Powered by us.groups.yahoo.com

Senin, 30 Juni 2008

SI RAJAWALI YANG MALANG…

ALI, SI RAJAWALI YANG MALANG…

Pada suatu hari, diatas puncak bukit, terjadilah suatu angin ribut yang dasyat. Nun tinggi diatas pohon yang lebat terdapat sebuah sarang burung rajawali. Karena kuatnya angin tersebut maka semua telur diatas sarang terjatuh kebawah dan semua telur pecah berantakan kecuali satu yang jatuh bergulir kebawah bukit. Untungnya telur tersebut bergulir sampai dekat kandang ayam.

Setelah Angin rIbut berlalu, induk ayam mulai keluar dan membenahi kandangnya. Dilihatlah ada sebutir telur yang walaupun agak beda dengan telurnya tapi secara naluriah dia pun pungut telur tersebut dan taruh disarang. Dia mengeram telur tersebut bersama telurnya yang lain. Beberapa waktu kemudian, telur-telur tersebutpun menetas. Cit…Cit…Cit….anak-anak “ayam” inipun bersuka cita bernyanyi menyambut dunianya yang baru.

Waktu berlalu dengan cepat, sampailah anak-anak ayam tersebut berinjak dewasa termasuk anak rajawali yang bernama Ali. Walaupun bentuk tubuhnya berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain, ia telah tumbuh besar dilingkungan ayam. Sejak kecil, induk ayam secara naluriah mengajari anak-anaknya berbagai perilaku ke-ayam-an, termasuk berkokok, mengais tanah dan mencari cacing dan serangga kecil lainnya.

Pada suatu hari, ketika dalam rutinitasnya mengais tanah, Ali mendengar suara Kwaaak…Kwaaak…yang keras tapi berwibawa di atas langit. Dia tergadah keatas. Terpesona sekali. Terlihat ada seekor burung dengan gagah perkasa terbang di langit dengan anggun. Lalu dengan penuh keingintahuan, dia bertanya kepada kakak-kakaknya. Kak Ayam.. apakah makluk yang gagah perkasa dilangit itu? Kakaknya menjawab :Oh, itu burung rajawali… Raja segala raja dari dunia perburungan, termasuk kita. Dia bisa terbang tinggi dan pergi ke mana saja sesuka hati… Oh, Tapi saya lihat badannya kok mirip dengan saya ya? Kakaknya menjawab: Apa? Apakah kami lagi bermimpi ya… Kita ini ayam… mana mungkin bisa seperti dia. Jangan berkhayallah…. Ha….ha….. Kakak-kakaknya menertawakan dia. Karena sejak kecil, dia diajari nerimo saja terhadap segala situasi, maka diapun tidak mempersoalkan masalah ini lebih lanjut…

Haripun berlalu seperti biasa… Sampai suatu pagi, ketika dia sedang bermain sambil mencari cacing dipadang rumput. Diatas langit, ada seekor rajawali sejak tadi memperhatikannya. Akhirnya, dengan penasaran, burung rajawali itupun terbang turun ketanah… Hei Dik, kata Si Rajawali Senior. Ngapain kamu ada ditanah.. Tempat kita kan diatas langit… Ayo ikut saya terbang! Pinta si senior. Ali menjawab. Maaf Pak, saya nggak bisa terbang. Saya ini hanyalah seekor ayam. Sejak kecil saya nggak bisa terbang! Siapa bilang? Kamu ini seekor rajawali seperti saya dan saudara kita yang ada di angkasa sana, jawab sirajawali senior gemas. Mereka berdua terlibat dalam perdebatan sengit …Akhirnya si rajawali senior dengan sabar berujar.. Baiklah kalau begitu, sebagai seekor rajawali, saya berkewajiban untuk mengingatkan dan mengajar kamu hal-hal yang benar didunia ke-rajawali-an. Hari ini saya ada sedikit waktu. Jadi saya akan mengajarimu terbang….! Ayo ikut aku ke bukit dan kita akan belajar terbang langsung terjun dari sana. Wah kak, saya nggak berani! Saya takut.. nanti saya jatuh. Saya takut! Mereka terlibat debat hebat lagi, sampai akhirnya seniornya mengalah. OK lah kalau kamu nggak berani terjun dari atas.. Bagaimana kalau kamu mulai belajar loncat sepanjang jalan dari bawah sini dan belajar terbang sampai ke puncak sana. Sebagai ayam, Ali memang belajar sedikit tentang loncat-melancat… Akhirnya dia mulai loncat… Ternyata dalam beberapa kali, dia sudah mulai bisa terbang sedikit demi sedikit. Akhirnya mereka sampai juga di puncak bukit. Karena melihat Ali mulai bisa maka si senior mulai mengajak Ali untuk coba terbang dari atas bukit ke bawah. Tapi dengan serta merta Ali menolaknya… dengan alasan takut..

Akhirnya hari mulai menjelang sore, dan si senior mulai tidak sabar. Dia berkata: Nah, sekarang kamu sudah saya tunjuki cara terbang, dan tadi kamu sudah mnunjukkan bakatmu yang sebenarnya… Sekarang saya harus pergi.. maka kamu berlatihlah dengan giat dan coba terbang dari sini kebawah. Sekarang saya harus mernjalankan tugas saya selanjutnya… Ingat! Kalau kamu tidak pernah mencoba maka kamu tidak akan bisa terbang selamanya…Kalau kamu gagal dan terpeleset dan luka lecet-lecet, itu sudah biasa dan memang resiko seekor rajawali untuk menguasai puncak langit. Yang penting, jangan pernah berhenti mencoba. Kamu pasti bisa! Akhirnya diapun terbang dan menghilang dibalik awan.

Pada awalnya si Ali mulai mencoba-coba… terbang. Tapi terpeleset dan jatuh. Dia coba lagi, dan jatuh lagi karena dia ragu ragu. Aduh… sakit… sudahlah saya tidak mau coba lagi. Pada hal dia baru gagal 2 kali. Sejak itu dia jadi takut. Sepanjang sisa perjalanan turun dari bukit, Ali bahkan tidak berani loncat sekalipun. Dia mulai berjalan seperti biasanya dengan muka tertunduk ke tanah.

Sesampai di kandang dia bercerita dengan saudara-saudaranya tentang pengalamannya… Gemparlah seluruh isi kandang ayam… Semua bilang..Ali…Ali!! Kamu tidak tahu mati ya. Berani-beraninya kamu bermain dengan rajawali, nanti kamu bisa mati dimakannya…Kamu harus bersyukur kamu dilahirkan sebagai ayam. Memang sudah nasip kamu untuk cari makan dengan mengais tanah. Kamu sudah ditakdirkan! Jadi pasrah sajalah!!!

Karena sejak kecil Ali sudah diajari begitu, dan tidak seorang saudaranya mendukungnya, akhirnya diapun percaya dengan pendapat mereka. Sejak itu, Ali pun tidak berani bermimpi dan bermain diladang rumput. Dia hanya berada disekitar kandangnya saja, belajar berkokok, mengais tanah, mencari cacing dan melewati rutinitas sepanjang sisa hidupnya. Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan. Dan tahun berganti tahun. Sampai akhirnya dia tua dan mati dengan tetap beryakinan bahwa dia hanyalah SEEKOR AYAM.

Tidak ada komentar: